Banda Aceh – Setelah dibekali dengan ilmu tentang penulisan skenario, sinematografi, dan editing pada in house training, dua tim finalis Aceh Documentary Competition 2019 mulai melakukan proses shooting di daerah masing-masing sesuai dengan lokasi yang mereka tulis dalam skenario. Salah satu tim yang melakukan proses pengambilan gambar di Banda Aceh dan Sabang adalah finalis yang mengusung judul Minor yang disutradari oleh Vena Besta Klaudina dan Tazkiyatun Nufus.
“Minor berkisah tentang kehidupan keluarga katolik yang hidup di tengah mayoritas Islam di Aceh. Ide cerita yang sudah ditransformasikan ke dalam bentuk skenario ini sedang kami eksekusi dalam bentuk shoot-shoot yang bercerita,” ujar Nufus, Minggu (14/7/2019).
Nufus mengaku sangat senang dengan apa yang dilakukannya sekarang. Sebelumnya Nufus pernah terlibat dalam proses produksi film fiksi sebagai Clapper Board. Film dokumenter Minorini akan menjadi karya pertama Nufus sebagai sutradara dan cameraman sekaligus.
Dalam proses produksi ini, Aceh Documentary membekali peserta dengan peralatan produksi berupa kamera, condensor microphone, lampu LED, dan tripod. Peserta akan menyelesaikan proses pengambilan gambar dalam waktu sepuluh hari, dimulai pada tanggal 7-16 Juli 2019. Selain membuat skenario, peserta juga menyusun jadwal shooting sebelum melakukan pengambilan gambar, agar waktu yang mereka miliki terpakai secara efektif.
Dalam proses shooting ini, para finalis mengoperasikan kamera yang dipandu oleh seorang supervisi. Supervisi hanya bertindak sebagai pemandu mereka di lapangan apabila menemukan kendala atau masalah dalam proses pengambilan gambar, baik itu kendala berubahnya skenario, kendala dalam mengoperasikan kamera, hingga kendala dengan narasumber mereka.
Vena mengaku sangat menikmati proses produksi ini walaupun memiliki satu-dua masalah dalam mewujudkan skenarionya ke dalam bentuk shoot.
“Dengan batuan supervisi, kami bisa melakukan opsi-opsi lain untuk menjaga agar cerita yang tertulis di skenario tidak meleset dari ide cerita yang kami usung,” katanya.
Aceh Documentary juga memberi pendanaan selama proses produksi film para finalis. “Film dokumenter ini akan menjadi sebuah karya dari para peserta Aceh Documentary Competition 2019. Selain mendapatkan kesempatan belajar film, peserta juga menghasilkan karya film dokumenter yang akan mengantar mereka menjadi sineas baru di Indonesia” ungkap Faisal Ilyas, Direktur Yayasan Aceh Documentary.
Setelah menyelesaikan proses pengambilan gambar, peserta akan kembali ke Banda Aceh untuk melanjutkan proses penyuntingan gambar di kantor Yayasan Aceh Documentary.[]
sumber: https://www.acehtrend.com/2019/07/14/merekam-minoritas-finalis-aceh-documentary-competition-2019-dibekali-peralatan-shooting/