Dua Film Aceh Documentary Competition 2019 Masuk Dapur Editing

IMG_20190726_164024
Proses editing film dokumenter “Klinik Nenek”

Banda Aceh – Tahap paling akhir dari proses produksi film dokumenter pada Aceh Documentary Competition 2019 ini adalah penyuntingan gambar atau biasa disebut proses editingPada proses editing film dokumenter Aceh Documentary Competition ini dikerjakan oleh peserta langsung.

Mereka mendapatkan ilmu tata cara mengoperasikan software editing film saat in house training kemudian langsung mengaplikasikannya pada film mereka. Aceh Documentary memberikan pendidikan film yang tidak hanya berakhir pada teori semata, tetapi peserta juga diberikan tugas untuk berkarya dengan mengerjakannya sendiri, dibantu oleh supervisi profesional film.

IMG_20190726_164002
Proses editing film dokumenter “Minor”

Para peserta yang terdiri atas dua tim (masing-masing tim berjumlah dua orang) diberikan akses ke ruang editing Aceh Documentary untuk menyelesaikan film dokumenter mereka. Di sana, selama sepuluh hari mereka menyusun struktur cerita, memilih gambar, dan menyortir audio dari proses syuting sebelumnya.

“Editing ini ibarat dapur untuk mengolah semua belanjaan pembuat film selama proses syuting, agar tersaji film yang siap dinikmati oleh penonton” kata Jamaluddin Phonna, Ketua Bidang Pendidikan Aceh Documentary, Jumat (26/7/2019).

Peserta akan melewati tiga kali evaluasi sebelum film mereka dikunci dan selanjutnya akan masuk proses editing online. Tahap pertama (rough cut 1) film mereka akan dievaluasi tentang kesolidan dan kebagusan struktur film agar ide cerita yang mereka bawa tersampaikan kepada penonton. Tahap kedua (rough cut 2) film akan melewati evaluasi kontinuitas. Bagaimana kaitan antara setiap scene bisa tersambung dengan baik tanpa membuat penonton bingung. Jadi, setiap peserta akan merasakan langsung proses produksi film secara profesional.

“Ini bisa menjadi pengalaman dan bekal bagi peserta nantinya jika mereka bekerja secara profesional pada rumah produksi film atau stasiun televisi,” uangkap Jamaluddin.

Setelah semua proses editing offline selesai, maka film akan diserahkan kepada editor Aceh Documentary untuk pengerjaan selanjutnya, editing online. Pada editing online ini, editor akan menghaluskan film, baik itu warna yang tidak seragam maupun audio yang menggangu. Saat itulah film akan diprogramkan untuk bisa ditonton oleh masyarakat melalui pemutaran di sekolah, kampus, atau lembaga-lembaga lainnya.

Selain itu, film-film ini juga akan diputar pada program Gampong Film di Aceh Film Festival 2019. Program Gampong Film adalah program memutar film di desa-desa di seluruh Aceh menggunakan layar tancap. Ini merupakan usaha untuk mempertemukan antarbudaya yang beragam di seluruh Aceh melalui medium film. Selain itu, isu-isu sosial yang selama ini tidak pernah diliput oleh media, bisa ditonton lewat film dokumenter.

Dua film yang berjudul “Minor” dan “Klinik Nenek” akan mewakili setiap permasalahan Aceh masa sekarang. Sutradara dua film ini yang merupakan anak muda asli Aceh sedang berproses untuk siap membawa perubahan terhadap masa depan Aceh yang lebih bagus melalui kreatifitas mereka dalam menggunakan medium film sebagai media menyampaikan keresahan.

Setiap tahun, setidaknya Aceh Documentary telah melahirkan empat hingga sepuluh anak muda kreatif  yang menjadi tumpuan bagi masa depan Aceh. Setelah program Aceh Documentary Competition 2019 ini selesai memproduksi dua film dokumenter dari mahasiswa, selanjutnya akan dibuka pendaftaran untuk siswa SMA/sederajat untuk mengikuti kompetisi yang sama, bertajuk Aceh Documentary Junior 2019. Untuk para siswa yang punya cita-cita menjadi sutradara, bersiaplah untuk mengikuti ADJ 2019.[]

Sumber: https://www.acehtrend.com/2019/07/26/dua-film-aceh-documentary-competition-2019-masuk-dapur-editing/