KBRN, Banda Aceh: Aceh Dokumenter (ADoc) melenggarakan screening atau bioskop film dokumenter produksi 2015. Ajang kompetisi ide cerita Aceh Documentary Competition ini akan tayang di 5 Kota pada bulan Agustus, dan mengusung konseplayar tancap.
“Film Dokumenter sebagai media visual memudahkan publik untuk bisa paham dengan kondisi, fakta dan realita saat ini.Karena dengan melihat dan mendengar langsung dari subjek di dalam film, akan membuat penonton lebih bersimpati,” ungkap Koordinator Program Fuad Rizqi, Minggu (23/8/2015).
Selain itu, layar tancap juga dapat menarik masyarakat untuk menonton dan nantinya diharapkan bisa menginspirasi. Karena film ini menyampaikan pesan sisi positif tradisi, budaya dan kearifan lokal. Selain kesadaran Masyarakat Aceh akan tradisi Aceh, yang sekarang ini mulai ditinggalkan.
Premiere atau Pemutaran perdana pada Sabtu (22/8), bertempat di Gedung ACC II Sultan Selim Banda Aceh. Dimulai dari pukul 09.00-22.30WIB dan dibagi kedalam tiga sesi. Tiap sesi akan diputar 5 film dokumenter 2015 dengan total durasi 1:50 Menit. Terkecuali sesi pukul 09.00 WIB yang akan menayangkan 5 film ADJ karya siswa SMA Banda Aceh, Aceh Besar dan Sigli.
Premiere ini berkejasama dengan Sekolah Anti Korupsi Aceh (SAKA), dan lembaga Ideas. Harga tiket masuk Rp. 10.000, dapat menghubungi : Husnul (0813 6023 8920), Rijal ( 0853 7033 8880), dan Edo ( 0812 633 00 959)
Pemutaran selanjutnya,
- 23 Agustus 2015 di Bireun
- 29 Agustus 2015 di Aceh Selatan & Aceh Besar
- 30 Agustus 2015 di Takengon
Adapun Film yang diputar:
“TOET (Inspired Figure of Gayo’s Culture),
Sutradara Hardiansyah Putra & Zuli Aris Setiyanto, Aceh Tengah
Sosok bapak Jamheri Aritona yang memperkenalkan kembali ayahnya melalui sanggar Didong peninggalannya, walaupun dalam ekonomi yang pas-pasaan akan tetapi beliau tetap berkomitmen.
“Harga Untuk Relawan”
Sutradara T. Nasharul Julianda & Dinda Maulidia, Aceh Besar
Relawan perempuan yang masih duduk di bangku SMA, walaupun ditengah kesibukannya sebagai pelajar, dia mampu berbaksi kepada negaranya sendiri.
“Benteng (Adat) Laut di Ujung Kuta Raja”
Sutradara Teniro & Andri Saputra, Aceh Besar
Kerusakan ekosistem laut di ujung pancu, Kec.Pekan Bada, Aceh Besar sudah sangat parah, lalu muncul Aprizal sebagai panglima laut untuk kembali menerapkan hukum adat demi menjaga kelestarian ekosistem laut dengan cara sosialisasi dan pengawasan.
“Corridor Harapan Satwa Liar”
Sutradara Alfiat & Jazuli, Aceh Selatan
Menceritakan tentang kerusakan hutan Trumon beberapa tahun lalu menyebabkan banyak satwa liar turun ke pumukiman, oleh karena itu Hera (tokoh masyarakat) yang mengajak masyarakat untuk menjaga kawasan corridor yang dibantu oleh TWC.
“Biasa tapi Luar Biasa”
Sutradara Rahmat Setiawan & Agussalim, Bireun
Perjuangan M.Jamil yang sukses dengan usahanya, tetapi kedatangan surat penggusuran dari Pemerintah Daerah menyebabkan kedua karyawannya harus di PHK.( RIDHWAN ZUL )