Malam Penganugerahan Aceh Documentary 2015

BANDA ACEH – Pemenang Aceh Documentary Competition (ADC) 2015 resmi diumumnkan di Balai Kota Banda Aceh, Sabtu malam, 17 Oktober 2015.

Pada ajang ini, Aceh Documentary memberikan penganugerahan dalam tiga katagori. Pertama, pemenang Film Terbaik ADC 2015 diraih “Siner Jaya (Melanjutkan Nyanyian To’et)” yang disutradarai Hardiansyah Putra dan Zuli Aris Setiyanto. Kedua, Film Favorit Penonton ADC 2015, diberikan kepada “Corridor Harapan Satwa Liar” yang disutradarai Alfiat dan Jazuli.

Ketiga, katagori Film Terbaik ADJ (Aceh Documentary Junior) 2015 diraih peserta berasal dari Sigli, yakni “Sang Kolektor Muda” disutradarai Muhammad Hendri dan Rickybowo (MAN 1 Sigli).

Pemenang Film Terbaik Aceh Docomentary Copetition (ADC) 2015, Hardiansyah Putra dan Zuli Aris Setiyanto, melalui film ini kami ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat umum khususnya anak muda, bahwa roh tarian Didong, harus tetap ada pada masyarakat Aceh. Seperti To’et (salah satu pelestari tarian Didong) lakukan semasa hidupnya.

“Kita ingin memeperlihatkan kepada generasi muda, bahwa (To’et) bisa menjadi panutan, bisa menjadi contoh dan jadi “kiblat” untuk melestarikan budaya (tarian),” kata Hardiansyah Putra, usai acara di Balai Kota Banda Aceh, Sabtu malam, 17 Oktober 2015.

Ia merasa senang dengan hasil yang raih sebagai pemenang. Tapi, katanya, kegembiraannya ini belum lengkap rasanya, karena efek (pengaruh) dari film ini belum terlihat nyata kepada kami.

“Jika film ini sudah menjadi inspirasi buat orang lain, saya baru merasa senang dan bangga,” ujarnya.

Dalam pembuatan film ini, ia juga merasakan ada kendala dan kesulitan, terutama kendala bahasa. Karena ia sendiri bukan orang Gayo. Namun, tambahnya, dengan kekompakan dan kesolidannya ia dan teman-temannya mampu mengatasi itu semua. “Dengan kekompakan dan kosolidan tim, semua bisa diatasi dan gampang,” katanya.

Ia berharap, tokoh dan budaya yang mereka angkat dalam film ini mendapat perhatian dari pemerintah. Karena pada dasarnya dia (tokoh dalam film) bisa menjadi panutan untuk generasi muda bahkan dia merupakan salah satu budaya tarian didong.

Dia  berpesan, agar generasi muda tidak lupa dengan budaya sendiri. “Walaupun kita sudah masuk ke Zaman modern, anak mudah harus tetap menjaga budaya itu, janga sempat menghilangkannya. Serta anak mudah harus elbih kreatif dalam melastarikan dan mengembangkan busaya,” harap laki-laki bermarga Lubis ini.

Salah seorang sutradara Film Terbaik ADJ (Aceh Documentary Junior) 2015  “Sang Kolektor Muda” Muhammad Hendri mengatakan”Kami tidak akan berhenti berkarya sampai disini, ini hanya suatu pencapaian awal untuk bisa berkarya selanjutnya ke ajang nasional, kami tidak boleh puas dengan pencapaian ini, karena kami akan terus mencoba untuk berkarya dengan hadiah kamera handycam ini”.
“Terima kasih kepada semua yang telah membantu kami meraih semua ini, Miss Maria, Bang Muhajir, Bang Akbar Rafsanjani, kawan-kawan dari Komunitas Pelajar Film Pidie, Pak Taifuri, Bapak Kepala Sekolah MAN 1 Sigli yang selama ini selalu memberi dukungan untuk kami sehingga bisa meraih pencapaian ini” sambung Rickybowo.

Pemenang dalam ajang ini mendapatkan sertifikat, plakat dan uang pembinaan.

Acara ini dihadiri Wali Nanggroe, Malik Mahmud Alhaytar, Asisten III Setda Banda Aceh M. Nurdi, serta Direktur Aceh Documentary Competition. “nilai sejarah dan kearifan lokal yang terabaikan dan belum terdokumentasi dapat segera di lestarikan untuk mengembalikan marwah martabat masyarakat Aceh yang telah terkubur” ujar Malik Mahmud.

Sumber

http://portalsatu.com/berita/ini-pemenang-film-terbaik-aceh-documentary-competition-2015-581

http://filmpelajar.com/blog/sang-kolektor-muda-raih-penghargaan-sebagai-film-dokumenter-terbaik-aceh-documentary-junior

http://detak-unsyiah.com/headline/pemenang-adc-2015-menyampaikan-pesan-budaya-lewat-film.html