Banda Aceh | Aceh Documentary berencana membuat film untuk kepentingan advokasi pada isu advokasi tata kelola hutan, perkebunan dan pertambangan, revitalisasi dan pemberdayaan institusi adat.
Film yang dibuat guna mengugah kesadaran stakeholder dengan melihat kondisi nyata dan aspirasi masyarakat yang menjadi subjek film sehingga mempercepat perubahan kebijakan yang lebih baik.
Pilihan ide cerita muncul setelah 10 ide cerita yang masuk melakukan Presentasi di hadapan dewan juri “Present Forum” (21/7) di Banda Aceh, Akhirnya terpilih 5 Proposal Ide yang berhak untuk diproduksi menjadi film dokumenter.
Berikut nama-nama peserta dan judul proposalnya:
- “Belantara Leuser (Bukan) Tanah Haram”
Indra Wahyudi | Aceh Tenggara - “Khanduri Investasi Desa Kuala Seumayam”
Nurul Fajri | Nagan Raya - “Hilangnya Rawa Tripa”
Abdullah Syakari | Nagan Raya - “Demi Lima Liter Air”
Iwan Bahagia | Takengon - “Suara Hati Sibelalai Panjang”
Maria Ulva | Pidie
Finalis akan menjalani proses treatment ide cerita bersama Tutor Profesional Film, sebelum mereka kembali kedaerah dan didampingi pengambilan gambar, dijadwalkan akhir Oktober 2014 film sudah jadi.
Program SETAPAK mendukung kegiatan Aceh Documentary, dengan mengangkat tema “Hijau Acehku”, mencari gagasan-gagasan proposal film dokumenter yang berorientasikan pada:
- Potret Individu/sekelompok orang yang concern mendedikasikan dirinya memajukan masyarakatnya yang lebih baik di tinjau dari pengelolaan hutan dan lahan.
- Aktifis/LSM/Perorangan yang menciptakan masyarakat peduli dan sadar akan pentingnya menjaga hutan dan lahan.
- Tokoh Masyarakat/Tokoh adat yang bekerja keras dan bersinergi dengan masyarakatnya sehingga mampu menemukan cara-cara untuk bertahan hidup, rukun dan berdamai dengan lingkungan.