Alam kerap diposisikan sebagai suatu elemen yang berdampingan secara harmonis dengan manusia. Kebudayaan pun terbentuk karena sifat alam tempat dipijaknya. Jika kemudian alam berubah, secara alami atau atas tangan manusia, kebudayaan pun mengikuti. Lalu benarkah permasalahan timbul ketika kebudayaan dianggap sebagai yang statis/artefak, seolah dicabut dari karakter alamiahnya, oleh alam pikiran yang terinspirasi dari masa keemasan sebuah kondisi alam atau karena alam pikiran yang kini mulai tercerabut dari akarnya alhasil globalisasi ide?
A.A.Navis dalam cerpennya Bertanya Kerbau Pada Pedati mencoba menjawab pertanyaan itu dengan sebuah simulasi, kerbau dan pedati: bahwa sesuatu yang ada di depan mata adalah hal yang seharusnya terus dipertanyakan. Ketika hal itu dipertanyakan maka tidak adalah sesuatu yang kekal dan terus diagungkan.
Maka sinema yang berperan sebagai mata atau sebagai pedati tak terlepas dari praktik tanya-jawab, sebab-akibat, tesis-antitesis. Ia dengan sendirinya membentuk alam yang bergerak terus menerus, yang bergelut dalam dunia tanya dan jawab.
Open Submission Juli – 31 Agustus 2018.
Submit film kamu sekarang!
#affest2018