ACEHTREND.CO, Banda Aceh — Menurut Azhari, Direktur Aceh Film Festival (AFF), penggarapan film Hasan Tiro belum dibutuhkan, untuk saat ini. Alasannya sederhana, karena orang-orang yang pernah dibawah pimpinan Hasan Tiro sendiri berbeda pendapat tentang Hasan Tiro. “Kalau memang itu tetap dibuat, versi cerita yang seperti apa dan siapa? Dan siapa yang akan menggarapnya? Tapi itu kembali kesiapa yang punya hajat,” kata Azhari.
Azhari lebih setuju jika pemerintah Aceh menempatkan anggaran untuk mendukung komunitas film biar lebih banyak film Hasan Tiro yang bisa digarap sehingga tidak harus negara menganggarkan untuk pembuatan filmnya.
“Film itu bagian dari seni yang tidak bisa lepas dari ruang kreativitas, dan komunitas film di Aceh mampu melakukannya,” terang Azhari.
Menurut pendiri dan manajer program pada Aceh Documentary Competition (ADC) ini, hasil produksi film-film maker Aceh tidak kalah dengan film maker lainnya di Indonesia. Bahkan beberapa film produksi sineas Aceh bisa masuk diberbagai macam Festival Nasional, bahkan luar negeri.
“Tapi di Aceh sendiri ruang apresiasi tidak ada, misalnya kawan-kawan ADC dan komunitas film lainnya harus patungan buat ada ruang pemutaran bahkan ada yang ngutang buat bisa memberikan kenyamanan penonton. Sehingga dengan nyaman masyarakat bisa menyaksikan kehidupan saudaranya di daerah lain dan perkembangan dunia yang sedang terjadi, bukan membungkam visual dari kesunyian,” katanya.
Bioskop Aceh
Azhari menambahkan, seperti yang dilakukan oleh komunitas film di ADC. Mereka selalu memperlakukan film sebagai buku yang harus di baca dan di tonton dengan melakukan pemutaran di daerah-daerah dengan Bioskop Mini. Banyak masyarakat yang nonton lebih nyaman dan sangat menikmati tontonan filmnya.
Seharusnya film yang hadir sebagai gambaran pengalaman kehidupan kita sehari-hari harus ada ruang yang khusus untuk bisa kita melakukan refleksi. Sayangnya tidak ada yang memikirkan ruang untuk itu.
Padahal, menurut Azhari film bisa membantu kita dalam menjaga Aceh yang Islami dan Perdamaian, tapi kenapa harus kita permasalahkan ruang bioskop dengan pikiran negatif yaitu seakan-akan jadi ruang maksiat?
“Rasanya orang Aceh seperti miskin sex, masak orang datang ke bioskop untuk persoalan sex, rasanya mustahil bagi saya,” tambah Azhari.
Menurut Azhari, kalau ruang berupa bioskop itu kita tolak untuk apa harus ada wacana produksi film Hasan Tiro? Mau di putar dimana nantinya? Kalau hanya sebatas produksi, bahkan sekarang film tentang Hasan Tiro sebenarnya sudah ada yang sedang memfilmkannya. “Kalau tidak salah sekarang teman saya sedang produksi tetapi dalam bentuk Dokumenter,” pungkas Azhari.
Sumber : http://www.acehtrend.co/azhari-pembuatan-film-hasan-tiro-belum-butuh-karena/