TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,PONTIANA
Film animasi itu menjadi satu satunya film yang mewakili Indonesia di festival tersebut. Awi, panggilan akrab Agung Wijayanto, merupakan mahasiswa Prodi Teknik Informatika bercerita bahwa film animasi pendek buatannya dibuat dengan menggunakan teknik claymation.
“Dua boneka yang dibuat dari clay (tanah liat). Digerakkan sedikit demi sedikit kemudian difoto. Hasil foto foto tadi digerakkan dengan cepat dengan bantuan aplikasi komputer,” katanya, Rabu (28/1/2015).
Orca memakai 1.567 foto untuk membuat animasi berdurasi enam menit, dan menghabiskan waktu empat bulan dalam pengerjaannya.
Awi yang belum lama ini telah meraih gelar Sarjana Teknik, menjelaskan bahwa animasi Orca mengangkat cerita tentang budaya Dayak khususnya kebudayaan Dayak Kayan yang ada di Hulu Sungai Kapuas.
Dialog yang digunakan dalam film ini pun menggunakan Bahasa Dayak Kayan. Begitu juga dengan lagu yang dipakai yakni berjudul Doleng Dona. “Cerita dalam Orca dibuat sederhana, namun kesederhanaan ini yang diharapkan dapat membuat cerita terasa dekat dengan penonton,” tutur Awi.
Film animasi ini merupakan tugas akhir Awi yang telah disidangkan, dan merupakan tugas akhir pertama dalam lingkup Fakultas Teknik yang mengangkat animasi sebagai bahan penelitiannya.
—
Dalam proses produksi, Awi juga mendapat bantuan dari berbagai instansi, antara lain Radio Volare, Comdev dan Outreaching Untan, Institut Dayakologi, website Layar Tancep.com, serta sutradara animasi asal Amerika Serikat Justin Rasch dan Webster Colcord.
Karya Awi menjadi satu-satunya film dari Indonesia yang lolos seleksi festival film yang diselenggarakan oleh Children’s Film Society Bangladesh. Ajang ini adalah festival film tahunan yang menampilkan film feature, pendek, eksperimental dari dan untuk anak, termasuk animasi fiksi dan dokumenter, dari berbagai penjuru dunia.
Dimulai pada tahun 2008, festival ini merupakan festival film terbesar di Bangladesh dan juga satu satunya festival film internasional anak dan remaja di India.
Dalam penyelenggaraannya yang kedelapan, International Children’s Film Festival Bangladesh pada 24-30 Januari di beberapa tempat dengan program yang berbeda. Film-film dikurasi dan dikumpulkan dari 48 negara di dunia.
Film Orca yang dibesut oleh mahasiswa angkatan 2009 ini telah ditayangkan pada Rabu (28/1/2015) pukul 19.00 WIB di Alliance Francaise de Dhaka, Dhanmondi (Road no. 3), Dhaka.
Sayangnya sehubungan dengan konflik politik yang melanda, pihak panitia festival belum dapat mengundang pihak asing untuk datang ke Bangladesh, termasuk Awi. Awi merasa puas karyanya berbuah prestasi.
“Buat film emang gak gampang. Tapi ada kepuasan yang tak terbayarkan ketika perjuangannya selesai,” katanya.
—
Dia berharap film ini dapat mengangkat nama Indonesia pada festival festival lain di luar sekaligus menunjukan bahwa kualitas film di tanah air tidak kalah dengan di luar sana.
Sebelumnya, Orca juga telah masuk sebagai finalis dalam GEMASTIK yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada pada 2014.
Pembantu Dekan III Fakultas Teknik Untan, Ferry Hadary, menyambut baik dan merasa senang atas prestasi mahasiswanya tersebut. “Fakultas akan selalu mendukung kegiatan demi menyalurkan bakat serta minat mahasiswanya.
Harapannya prestasi ini mengisyaratkan bahwa kemampuan dari putra daerah Kalimantan Barat tidak kalah saing dengan daerah lainnya. Semoga dapat menginspirasi prestasi-prestasi berikutnya,” ujar Ferry.